A. Pengantar
Dengan akal kita dapat terpikir untuk menganalisis permasalahan, menemukan akar permasalahan, menemukan alternatif pemecahannya, kemudian memberikan kesimpulannya. Proses berpikir seperti di atas akan menjadi langkah kerja ilmiah apabila dituangkan dalam bentuk tulisan.
Ciri-ciri karya ilmiah yang baik di antaranya:
- Ditulis dalam bahasa yang baik dan benar, serta tidak menimbulkan salah penafsiran bagi pembacanya
- Disertai fakta yang akurat dan meyakinkan
- Informasi yang disajikan lengkap
- Menarik dan enak dibaca
Banyak ragam dan jenis tulisan yang termasuk karya ilmiah, misalnya makalah, artikel penelitian, artikel ilmiah populer, buku, modul, atau buku pelajaran. Bentuk tulisan ilmiah tersebut sering dinamakan karya tulis ilmiah. Sebagai pelajar kalian perlu berlatih berpikir ilmiah seperti itu. Latihan yang akan kalian lakukan, yaitu dengan membuat makalah sebagai salah satu bentuk karya tulis ilmiah.
B. Mengenali Ciri-Ciri dan Sistematika Makalah
Makalah merupakan karangan yang disusun untuk dibahas dalam sebuah pertemuan ilmiah, misalnya diskusi, seminar, simposium, dan lain-lain.
1. Ciri-ciri makalah
Ciri-ciri pokok sebuah makalah adalah objektif, tidak memihak, berdasarkan fakta, sistematis, dan logis. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, baik tidaknya suatu makalah dapat dilihat dari kebermaknaan masalah yang dibahas, kejelasan tujuan pembahasan, kelogisan pembahasan, dan keruntutan penulisannya.
2. Sistematika penulisan makalah seperti di bawah ini.
Pada dasarnya makalah terdiri atas dua bagian utama, yaitu bagian tubuh dan pelengkap. Bagian tubuh terdiri atas pendahuluan, isi/pembahasan, dan penutup. Bagian pelengkap terdiri atas: judul, kata pengantar, daftar isi, dan daftar pustaka.
Secara rinci bagian-bagian makalah sistematikanya sebagai berikut.
a. Halaman judul
Judul adalah nama karangan. Judul harus sesuai dengan isinya karena judul mencerminkan isi. Judul biasanya berupa kelompok kata (bukan kalimat).
Judul ditulis dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:
1) Dirumuskan secara singkat
2) Mencerminkan area permasalahan, variabel penelitian dan target populasi
3) Memuat kata-kata kunci yang akan diacu dalam penelitian
4) Memisahkan antara judul utama dan judul pelengkap
b. Kata pengantar
Dalam kata pengantar dicantumkan ucapan terimakasih penulis yang ditujukan kepada orang-orang, lembaga, organisasi, dan/atau pihak-pihak lain yang telah membantu dalam mempersiapkan, melaksanakan dan menyelesaikan karya ilmiah tersebut. Tulisan kata pengantar dikerik dengan huruf kapital, simetris di batas atas bidang pengetikan dan tanpa tanda titik. teks pada pengantar diketik dengan spasi ganda (2 Spasi). Panjang teks tidak lebih dari dua halaman kertas kuarto. Pada Bagian akhir teks (di pojok kanan-bawah) dicantumkan kata penulis tanpa menyebut nama terang.
c. Daftar isi
Daftar isi adalah halaman yang memberikan informasi tentang bab, sub bab, sub-sub bab dan bagian-bagian penting lain yang disertai dengan letak halamannya.
d. Pendahuluan
Pendahuluan merupakan bab pertama yang mengantarkan pembaca untuk mengetahui ikhwal topik penelitian, alasan, dan pentingnya suatu karya ilmiah. Bab pendahuluan biasanya memuat latar belakang yang dengan singkat mengulas alasan mengapa penelitian dilakukan, tujuan, dan hipotesis jika ada. Memberikan alasan yang kuat, termasuk kasus yang dipilih dan alasan memilih alasan tersebut, perumusan dan pendekatan masalah, metode yang akan digunakan dan manfaat hasil penelitian.
Bab pendahuluan seyogianya membimbing pembaca secara halus, tetap melalui pemikiran logis yang berakhir dengan pernyataan mengenai apa yang diteliti dan apa yang diharapkan dari padanya. berikan kesan bahwa apa yang anda teliti benar-benar bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan pembangunan. Bagian tujuan penelitian mengakhiri bab pendahuluan yang berisi pernyataan singkat mengenai tujuan penelitian. Dalam menuliskan tujuan, gunakan kata kerja yang hasilnya dapat diukur dan dilihat, seperti menjajaki, menguraikan, menerangkan, menguji, membuktikan, atau menerapkan suatu gejala, konsep, atau dugaan (Widya dkk, 2004: 6-7).
1) Latar belakang
Bagian ini menerangkan keternalaran (kerasionalan) mengapa topik yang dinyatakan pada judul karya tulis ilmiah itu diteliti. Untuk menerangkan keternalaran tersebut perlu dijelaskan dulu pengertian topik yang dipilih. Baru kemudian diterangkan argumen yang malatarbelakangi pemilihan topik itu dari sisi substansi dalam keseluruhan sistem substansi yang melingkupi topik itu. Dalam hal ini dapat dikemukakan misalnya adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan, antara teori dan praktek dari konsep dalam topik.
Setelah itu diterangkan keternalaran pemilihan topik dari paradigma penelitian sejenis. Untuk itu perlu dilakukan kajian pustaka yang memuat hasil-hasil penelitian tentang topik atau yang berkaitan dengan topik yang dipilih. Dengan melihat hasil yang diperoleh dalam penelitian sebelumnya dapat ditunjukkan bahwa topik yang dipilih masih layak untuk diteliti.
2) Identifikasi masalah
Sebelum masalah dirumuskan perlu diidentifikasi dengan baik. Dengan identifikasi masalah, memungkinkan perumusan masalah yang operasional menjadi lebih mudah. Masalah yang operasional memiliki ciri, antara lain: (a) masalahnya dapat dipecahkan, (b) menggambarkan variabel penelitian yang jelas, (c) bentuk dan jenis data yang diperlukan dapat dipastikan secara akurat, (d) teknik pengumpulan data dapat ditentikan secara tepat, (e) teknik analisis data dapat diterapkan secara tepat.
3) Perumusan masalah.
Rumusan masalah adalah rumusan persoalan yang perlu dipecahkan atau dipertanyakan yang perlu dijawab dengan penelitian. Perumusan itu sebaiknya disusun dalam bentuk kalimat tanya, atau sekurang-kurangnya mengandung kata-kata yang menyatakan persoalan atau pertanyaan. Yakni apa, siapa, berapa, seberapa, sejauh mana. Bagaimana (bisa tentang cara atau wujud keadaan) dimana, kemana, dari mana, mengapa dan sebagainya.
4) Tujuan penulisan
Tujuan penelitian mengungkapkan apa yang hendak dicapai dengan penelitian. Tujuan dirumuskan sejajar dengan rumusan masalah. Misalnya: (a) apakah ada pengaruh X terhadap Y, maka tujuannya ialah menentukan ada tidaknya pengaruh X terhadap Y, (c) apakah ada antara hubungan antara X dan Y, maka tujuannya ialah menentukan ada tidaknya hubungan antar X dan Y, (d) bagaimanakan persepsi peneliti terhadap pelayanan akademik, maka tujuannya ialah mendeskripsikan persepsi..dst.
e. Isi/Pembahasan
Pembahasan merupakan bagian inti makalah, yang disusun berdasarkan urutan rumusan masalah di atas. Materi pembahasan bisa bersumber dari data penilitian, merujuk pendapat pakar tertentu, ataupun meurut perkembangan logika kita. Panjang pendek makalah bergantung kepada seberapa jauh kedalaman pembahasannya.
Isi/pembahasan dapat dipecah menjadi beberapa bab tergantung kebutuhan. Dalam hasil disampaian data yang diperoleh dalam penelitian. Dengan demikian hasil harus disajikan secara objektif dan sesuai dengan data yang diperoleh (tabel atau gambar).
Dalam bagian ini diuraikan apa saja hasil penelitian yang mencakup semua aspek yang terkait dengan penelitian. Analisa dan pembahasan membahas tentang keterkaitan antar faktor-faktor dari data yang diperoleh dari masalah yang diajukan kemudian menyelesaikan masalah tersebut dengan metode yang diajukan dan menganalisa proses dan hasil penyelesaian masalah.
Bagian isi/pembahasan data merupakan bagian yang paling penting dalam penulisan karya ilmiah karena dalam bagian ini dilakukan kegiatan analisis data, sintetis pembahasan, interpretasi penulis, pemecahan masalah, dan temuan pendapat baru yang diformulakan (bila ada).
f. Penutup
Bagian menguraikan keberhasilan metode dikaitkan dengan hasi kerja, dan dampak produk. Penutup merupakan bagian terakhir dari isi pokok laporan penelitian. sesuai dengan isinya, bagian ini dapat dibagi menjadi dua sub-bab yaitu simpulan dan saran.
1) Simpulan
Simpulan merupakan bagian yang berisi jawaban masalah dalam sebuah penelitian. Simpulan harus sejalan dengan masalah, tujuan, dan uraian tentang hasil penelitian dan pembahasannya. masalah yang dikemukakan dibagian pendahuluan semuanya harus terjawab dan dengan jawaban itu semua tujuan dapat tercapai. Uraian dalam simpulan harus menjawab masalah yang dikemukakan dalam bagian pendahuluan dan memenuhi semua tujuan penelitian.
2) Saran
Saran merupakan bagian yang berisi temuan jalan keluar dari suatu permasalahan. Saran dikemukakan dengan mengaitkan temuan dalam simpulan dan jika memungkinkan jalan keluarnya juga disampaikan. saran dapat bersifat praktis atau teoritis. Selain itu, perlu juga dikemukakan masalah-masalah baru yang ditemukan dalan penelitian yang memerlukan penelitian lanjutan.
Kesimpulan dan saran dikategorikan baik jika memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Pernyataan mengenai kesimpulan diungkap secara tepat dan akurat tanpa disertai pernyataan baru atau pengantar yang tidak relevan
b) Kesimpulan dibuat menurut ruang lingkup generalisasi atas dasar justifikasi data yang disajikan
c) Kesimpulan seyogyanya diikuti dengan pertanyaan-pertanyaan baru, berupa saran atai rekomendari bagi penelitian lebih lanjut.
d) Saran yang dikemukakan bersifat objektif dan disertai langkah-langkah operasional bagi implementasinya.
e) Saran semata-mata ditujukan pada upaya perbaikan atas kelemahan-kelemahan yang dikemukakan atau berupa rekomendasi aplikasi temuan, berikut langkah-langkah teknisnya.
g. Daftar pustaka
Daftar pustaka adalah daftar buku atau referensi yang dijadikan rujukan dalam menulis makalah. Adapun urutan/pola daftar pustaka adalah : nama penulis, tahun terbitnya buku yang dirujuk, judul buku yang dirujuk, kota buku itu diterbitkan, dan nama penerbit yang menerbitkan buku itu.
Teknik penulisan daftar pustaka ialah sebagai berikut:
1) Nama pengarang dibalikkan atau diputar dengan catatan nama yang dikedepankan, atau nama marga/unsur nama akhir yang dipisahkan oleh koma. Setelah itu, nama pengarang disusun secara alfabetis;
2) Bila nama pengarang ada dua, yang dibalikkan ialah nama pengarang pertama;
Contoh: Emil Salim dan Philip Kotler menjadi Salim, Emil dan Philip Kotler
Contoh: Emil Salim dan Philip Kotler menjadi Salim, Emil dan Philip Kotler
3) Jika nama pengarang ada tiga atau lebih, nama pengarang pertamalah yang diputar dan diikuti oleh dkk.
Contoh: Emil Salim, Philip Kotler, Djoemad Tjiptowardojo menjadi Salim, Emil. dkk.
4) Bila tidak terdapat nama pengarang, nama departemen atau lembagalah yang ditulis; bila tidak ada kedua-duanya, tulislah tanpa pengarang, atau tanpa lembaga;
5) Gelar akademik pengarang tidak dicantumkan;
6) Judul buku harus dicetak miring dalam komputer atau digarisbawahi dalam mesin tik atau tulisan tangan;
7) Judul artikel, skripsi, tesis, atau disertasi yang belum dibukukan diapit oleh tanda petik dua;
8) Bila ada edisi atau cetakan ditulis sesudah judul buku;
9) Jika buku tersebut merupakan terjemahan dari buku bahasa asing, penerjemah ditulis sesudah edisi;
10) Spasi dalam daftar pustaka satu spasi;
11) Perpindahan dari satu pengarang ke pengarang yang lain dua spasi.
12) Bila dalam satu buku diperlukan dua baris atau lebih, baris yang kedua atau selanjutnya dimulai dari 1 tabulasi (5-7 ketukan);
13) Jika seorang pengarang menuliskan lebih dari satu buku, nama pengarang ditulis satu kali; nama pengarang itu diganti dengan garis panjang atau tanpa garis panjang;
14) Bila ada dua atau lebih karya ilmiah (buku) yang ditulis oleh seorang pengarang, urutan penulisannya berdasarkan tahun terbit.
Penulisan daftar pustaka :
1. Pustaka acuan berupa buku
Untuk urutan penyebutan unsur-unsur pustaka untuk buku ialah : a). Nama penulis, b) Tahun terbit, c). Judul Pustaka beserta keterangannya, d). Tempat terbit atau kota terbit, dan e). Nama penerbit.
Jika tidak terdapat nama penulis dalam buku tersebut urutan penyebutan adalah : a). Nama lembaga yang bertanggungjwab b). Tahun terbit, c). Judul pustaka beserta keterangnnya, d) tempat terbit, dan e). Nama penerbit.
Setiap unsur pustaka dipisahkan oleh tanda titik, kecuali unsur tempat terbit yang diikuti oleh titk dua dan unsur nama yang harus dipisahkan oleh tanda koma. setelah tanda titik atau setelah titik dua ada jarak satu ketukan.
Contoh penulisan unsur pustaka acuan yang berupa buku.
Badudu, J.S. 1993. Inilah Bahasa Indonesoa yang Benar I. Jakarta : PT Gramedia
Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Cetakan III.Bandung: Eresco.
Surono. 1981. Ikhtisar Seni Sastra. Solo : Tiga Serangkai
Zaidan dkk. 1981. Kamus Istilah Sastra. Jakarta : Balai Pustaka
2. Pustaka acuan berupa majalah atau jurnal
Sumber acuan yang diambil dari majalah dan jurnal urutan penulisannya dalam daftar pustaka adalah nama pengarang, tahun terbit judul artikel diberi tanda petik, nama majalah dicetak miring atau diberi garis bawah dan keterangannya serta didahului kata Dalam, bulan terbit, tahun penerbitannya yang keberapa, tempat terbit dan nomor halaman.
Misalnya :
Gadalla, B.J. 1981. "Professional Record for ESL Learners" Dalam Forum. (April, XIX). N0. 2 Jakarta : The Embassy of the United States of America p. 34-48.
Kansil, C.L. 2002. “Orientasi Baru Penyelenggaraan Pendidikan Program Profesional dalam Memenuhi Dunia Industri Dalam Transpor. Edisi XX (4) : 57-61.
3. Pustaka acuan berupa media masa/majalah/surat kabar
Jika sumber acuan diambil dari artikel dalam surat kabar atau media masa, urutan pencantumannya dalam daftar pustaka adalah nama pengarang, tahun terbit, judul artikel diberi tanda petik, nama surat kabar/majalah dicetak miring atau digaris garis bawah dan didahuui kata Dalam, tanggal terbit, tempat terbit dan halaman pemuatan artikel.
Misalnya :
Simanungkalit, T. 1987. "Demokrasi Kita Masih Belajar di Tingkat Dua". Dalam Prioritas. 4 mei. Jakarta : halaman 4-5.
Jawa Pos. 22 April, 1995. Wanita Kelas Bawah Lebih Mandiri : halaman 3.
4. Pustaka acuan dari internet
Sumber acuan dari internet atau media online, urutan pencantuman dalam daftar pustaka adalah nama pengarang, bulan dan tahun, judul, alamat website dan tanggal diakses.
Misalnya :
Junaedi, Fajar. Agustus 2004. “Berinternet Gratis dengan JUICE” http://www.juiceboosted.com, diakses 25 Mei 2005
Atau
Hitchcock, S. Carr, L. & Hall, W. 1996. A Survey of STM Online Journals, 1990-1995: The Calm before the Storm. http://journal.ecs.soton.ac.uk/survey/survey.html, diakses 22 Juni 2010
Atau
Kumaidi. 1998. Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengembangan Tes. http://www.malang.ac.id , diakses 20 Januari 2000
C. Contoh Karya Ilmiah Sederhana
K ENAKALAN REMAJA:PENYEBAB DAN ANTISIPASINYA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan kemudian menjadi tua tidak lebih hanyalah merupakan suatu proses wajar dalam hidup yang berkesinambungan dari tahap-tahap pertumbuhan yang harus dilalui oleh seorang manusia. Setiap masa pertumbuhan memiliki ciri-ciri tersendiri. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Demikian pula dengan masa remaja. Masa remaja sering dianggap sebagai masa yang paling rawan dalam proses kehidupan ini. Masa remaja sering menimbulkan kekhawatiran bagi para orang tua. Padahal bagi remaja, masa ini adalah masa yang paling menyenangkan dalam hidupnya. Oleh karena itu, para orang tua hendaknya berkenan menerima remaja sebagaimana adanya. Jangan terlalu membesar-besarkan perbedaan. Orang tua hendaknya justru menjadi teladan di depan, di tengah membangkitkan semangat, dan di belakang mengawasi segala tindak-tanduk si remaja.
Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa (Ahmadi, 2006:112). Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 13 tahun sampai dengan 18 tahun. Seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun ia masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya dan ini pun sering dilakukan melalui metode coba-coba walaupun melalui banyak kesalahan.
Kesalahan yang dilakukannya sering menimbulkan kekhawatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungan dan orang tuanya. Kesalahan yang diperbuat para remaja hanya akan menyenangkan teman sebayanya. Hal ini karena mereka memang sama-sama masih dalam masa mencari identitas. Kesalahankesalahan yang menimbulkan kekesalan lingkungan inilah yang sering disebut sebagai kenakalan remaja.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah dalam makalah ini adalah :
a. Hal-hal yang menyebabkan timbulnya kenakalan remaja.
b. Kiat untuk menangkal agar terhindar dari pengaruh kenakalan remaja.
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut.
a. Hal-hal apa sajakah yang dapat menyebabkan timbulnya kenakalan remaja?
b. Bagaimanakah kiat untuk menangkal agar terhindar dari pengaruh kenakalan remaja?
1.4 Tujuan Penulisan
Makalah ini dimaksudkan untuk membahas :
a. Hal-hal yang menyebabkan timbulnya kenakalan remaja
b. Kiat untuk menangkal agar terhindar dari pengaruh kenakalan remaja.
BAB II
PEMBAHASAN
Hasan (2005:79) mengatakan bahwa masalah kenakalan remaja mulai mendapat perhatian yang khusus sejak dibentuknya suatu peradilan untuk anak-anak nakal tahun 1899 di Amerika Serikat. Dalam pandangan umum, kenakalan anak di bawah umur 13 tahun masih dianggap wajar, sedangkan kenakalan anak di atas usia 18 tahun dianggap merupakan salah satu bentuk kejahatan. Dalam makalah ini hanya akan dibahas kenakalan yang dilakukan oleh para remaja dalam usia 13 sampai dengan 18 tahun.
A. Penyebab Timbulnya Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja dapat ditimbulkan oleh beberapa hal, sebagian di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Pengaruh Kawan Sepermainan
Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan merupakan satu bentuk prestasi tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka di mata teman-temannya. Apalagi mereka dapat memiliki teman dari kalangan teratas, misalnya anak orang yang paling kaya di kota itu, anak pejabat pemerintah setempat bahkan mungkin pusat atau pun anak orang terpandang lainnya.
Di zaman sekarang, pengaruh kawan bermain ini bukan hanya membanggakan si remaja saja tetapi bahkan juga para orang tuanya. Orang tua juga senang dan bangga kalau anaknya mempunyai teman bergaul dari kalangan tertentu tersebut. Padahal, kebanggaan ini adalah semu sifatnya. Akan tetapi, jika tidak dapat dikendalikan, pergaulan itu akan menimbulkan kekecewaan nantinya. Sebab kawan dari kalangan tertentu pasti juga mempunyai gaya hidup yang tertentu pula. Apabila si anak akan berusaha mengikuti tetapi tidak mempunyai modal ataupun orang tua tidak mampu memenuhinya maka anak akan menjadi frustrasi. Apabila timbul frustrasi, maka remaja kemudian akan melarikan rasa kekecewaannya itu pada narkotik atau obat terlarang dan lain sebagainya.
Pengaruh kawan ini memang cukup besar dalam membentuk watak dan kepribadian seseorang ketika remaja. Oleh karena itu, para remaja hendaknya berhati-hati dan bijaksana dalam bergaul. Jangan bergaul dengan kawankawan yang tidak benar.
Memiliki teman bergaul yang tidak sesuai, akan banyak menimbulkan masalah bagi orang
tuanya. Untuk menghindari masalah yang akan timbul akibat pergaulan, remaja hendaknya mempunyai teman bergaul yang sesuai. Orang tua pun hendaknya juga memberikan kesibukan dan mempercayakan sebagian tanggung jawab rumah tangga kepada si remaja. Orang tua perlu memberi pengertian yang jelas, sekaligus berilah teladan.
Dengan memberikan tanggung jawab dalam rumah akan dapat mengurangi waktu anak untuk keluyuran yang tidak menentu dan sekaligus dapat melatih anak mengetahui tugas dan kewajiban serta tanggung jawab dalam rumah tangga. Para remaja harus berlatih untuk disiplin serta mampu memecahkan masalah sehari-hari. Mereka dididik untuk mandiri. Selain itu, remaja harus tahu tentang batasan teman yang baik.
Beberapa petunjuk tentang kriteria teman baik adalah sebagai berikut: memberikan perlindungan apabila kita kurang hati-hati. Menjaga barangbarang dan harta kita apabila kita lengah. Memberikan perlindungan apabila kita berada dalam bahaya. Tidak pergi meninggalkan kita apabila kita sedang dalam bahaya dan kesulitan. Membantu sanak keluarga kita.
Sebaliknya, kriteria teman yang tidak baik. Mereka adalah teman yang akan mendorong seseorang untuk menjadi: Penjudi. Orang yang tidak bermoral. Pemabuk. Penipu. Pelanggar hukum.
2. Pendidikan
Memberikan pendidikan yang sesuai merupakan salah satu tugas orang tua kepada anak. Agar anak dapat memperoleh pendidikan yang sesuai, pilihkanlah sekolah yang bermutu. Adakalanya sekolah yang penanganannya kurang displin sehingga memungkinkan anak untuk berbuat negatif, misalnya banyaknya jam kosong akan memicu anak ramai dan berbuat onar di kelas.
Anak pasti juga mempunyai hobi tertentu. Namun demikian, kadang-kadang hobi akan mengalahkan segalanya, termasuk tanggung jawabnya sebagai pelajar. Padahal tugas utamanya adalah bersekolah, sedangkan hobi adalah kegiatan sampingan yang boleh dilakukan bila tugas utamanya telah selesai dikerjakan. Jika penyaluran hobi salah sasaran, juga akan mengakibatkan berkurangnya pengendalian diri.
3. Penggunaan Waktu Luang
Kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada kegiatan sekolah dan seputar usaha menyelesaikan urusan di rumah, selain itu mereka bebas, tidak ada kegiatan. Apabila waktu luang tanpa kegiatan ini terlalu banyak, remaja akan timbul gagasan untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai bentuk kegiatan. Apabila si remaja melakukan kegiatan yang positif, hal ini tidak akan menimbulkan masalah.
Namun demikian, jika ia melakukan kegiatan yang negatif maka lingkungan dapat terganggu. Sering perbuatan negatif ini hanya terdorong rasa iseng saja. Tindakan iseng ini selain untuk mengisi waktu juga tidak jarang dipergunakan para remaja untuk menarik perhatian lingkungannya. Perhatian yang diharapkan dapat berasal dari orang tuanya maupun kawan sepermainannya. Celakanya, kawan sebaya sering menganggap iseng dan berbahaya adalah salah satu bentuk pamer sifat jagoan yang sangat membanggakan, misalnya ngebut tanpa lampu di malam hari, mencuri, merusak, minum-minuman keras, obat bius, dan sebagainya.
Munculnya kegiatan iseng tersebut selain atas inisiatif si remaja sendiri, sering pula karena dorongan teman sepergaulan yang kurang sesuai. Sebab dalam masyarakat, apabila seseorang tidak mengikuti gaya hidup anggota kelompoknya maka ia akan dijauhi oleh lingkungannya. Tindakan pengasingan ini jelas tidak mengenakkan hati si remaja, akhirnya mereka terpaksa mengikuti tindakan kawankawannya. Akhirnya ia terjerumus. Tersesat.
4. Uang Saku
Orang tua hendaknya memberikan teladan untuk menanamkan pengertian bahwa uang hanya dapat diperoleh dengan kerja dan keringat. Remaja harus belajar menghargai nilai uang. Mereka hendaknya berlatih agar mempunyai sifat tidak suka memboroskan uang tetapi juga tidak terlalu kikir. Anak diajarkan hidup dengan bijaksana dalam mempergunakan uang dengan selalu menggunakan prinsip hidup ‘Jalan tengah’. Budayakan menabung sebagian dari uang sakunya. Menabung bukanlah pengembangan watak kikir, melainkan sebagai bentuk menghargai uang yang didapat dengan kerja dan semangat.
Pemberian uang saku kepada remaja memang tidak dapat dihindarkan. Namun demikian, sebaiknya uang saku diberikan dengan dasar kebijaksanaan. Jangan berlebihan. Uang saku yang diberikan dengan tidak bijaksana akan dapat menimbulkan masalah sebagai berikut.
a. Anak menjadi boros.
b. Anak tidak menghargai uang.
c. Anak malas belajar, sebab mereka pikir tanpa kepandaian pun uang gampang.
5. Pergaulan Bebas
Pada masa ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan. Para remaja dengan bebas dapat bergaul dengan lain jenis. Tidak jarang dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya.
Mereka sudah mengenal istilah pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka, merupakan salah satu bentuk gengsi yang membanggakan. Oleh karena itu, di kalangan remaja kemudian terjadi persaingan untuk mendapatkan pacar. Sedangkan, pengertian pacaran dalam era globalisasi informasi ini sudah sangat berbeda dengan pengertian pacaran 15 tahun yang lalu. Akibatnya, di zaman ini banyak remaja yang putus sekolah karena hamil. Oleh karena itu, dalam masa pacaran, anak hendaknya diberi pengarahan tentang idealisme dan kenyataan. Anak hendaknya ditumbuhkan kesadaran bahwa kenyataan sering tidak seperti harapan kita, sebaliknya harapan tidak selalu menjadi kenyataan. Demikian pula dengan pacaran. Keindahan dan kehangatan masa pacaran sesungguhnya tidak akan terus berlangsung selamanya.
B. Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja
Sebagian besar orang tua di zaman sekarang sangat sibuk mencari nafkah. Mereka sudah tidak mempunyai banyak kesempatan untuk dapat mengikuti terus kemana pun anak-anaknya pergi. Padahal, kenakalan remaja banyak bersumber dari pergaulan. Oleh karena itu, para remaja hendaknya memahami pendidikan hukum, agama, dan sosial. Dengan pendidikan ini kemana saja anak pergi ia akan selalu ingat pesan orang tua dan dapat menjagai dirinya sendiri. Anak menjadi mandiri dan bisa dipercaya, karena dapat mengendalikan dirinya sendiri. Selama seseorang masih memerlukan fihak lain untuk mengendalikan dirinya sendiri, selama itu pula ia akan berpotensi melanggar peraturan bila si pengendali tidak berada di dekatnya. Inti pendidikan dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Malu Berbuat Jahat
Benteng penjaga pertama agar remaja tidak salah langkah dalam hidup ini adalah menumbuhkan rasa malu melakukan perbuatan yang tidak benar atau jahat. Para remaja harus tahu perbedaan dan akibat perbuatan baik dan tidak baik. Perbuatan benar dan tidak benar. Orang tua dan guru memiliki peranan dalam memberikan penjelasan kepada para remaja. Kejelasan orang tua menerangkan hal ini akan dapat menghilangkan keraguan anak dalam mengambil keputusan. Keputusan untuk memilih kebaikan dan meninggalkan kejahatan.
Penjelasan akan hal ini sebaiknya diberikan sejak dini, semakin awal semakin baik. Apabila anak sudah dapat dengan jelas membedakan kebaikan dan keburukan, tahap berikutnya adalah tumbuhkan rasa malu untuk melakukan kejahatan. Kondisikanlah pikiran remaja punya rasa malu, merasa tidak pantas melakukan pelanggaran peraturan masyarakat. Mengkondisikan munculnya rasa malu dapat menggunakan cara seperti ketika orang tua mengenalkan pakaian kepada anak-anaknya. Orang tua selalu berusaha memberikan pakaian yang layak untuk anak-anaknya. Namun demikian, apabila suatu saat anak mengenakan pakaian dengan tidak pantas atau mungkin tersingkap sedikit, orang tua segera membenahinya dan mengatakan, menegaskan bahwa hal itu memalukan.
Sikap itu masih berkenaan dengan masalah pakaian fisik. Pakaian batin pun juga demikian. Orang tua bila mengetahui bahwa anaknya melakukan suatu perbuatan yang tidak pantas maka katakan segera bahwa hal itu memalukan. Kemudian orang tua memberikan saran agar dia tidak mengulangi perbuatan itu lagi. Bila perbuata itu masih diulang, berilah sanksi. Berilah hukuman yang mendidik bila perbuatan itu tetap diulang. Usahakan dengan berbagai cara, agar anak tidak lagi mengulang perbuatan yang tidak baik itu.
2. Takut Akibat Perbuatan Jahat
Para remaja harus menumbuhkan rasa takut akibat perbuatan jahat. Remaja harus tahu bahwa akibat perbuatan buruk akan berdampak pada remaja itu sendiri, orang tua, keluarganya, serta lingkungannya. Menumbuhkembangkan perasaan malu dan takut melakukan perbuatan yang tidak baik ataupun berbagai bentuk kejahatan inilah yang akan menjadi pengawas setia dalam diri setiap orang, khususnya para remaja. Selama dua puluh empat jam sehari, pengawas ini akan melaksanakan tugasnya. Kemanapun si remaja pergi, ia akan selalu dapat mengingat dan melaksanakan kedua hal sederhana ini. la akan selalu dapat menempatkan dirinya sendiri dalam lingkungan apapun juga sehingga akan mampu membahagiakan dirinya sendiri, orang tua dan lingkungannya. Orang tua sudah tidak akan merasa kuatir lagi menghadapi anak-anaknya yang
beranjak remaja. Orang tua tidak akan ragu lagi menyongsong era globalisasi. Orang tua merasa mantap dengan persiapan mental yang telah diberikan kepada anak-anaknya.
Oleh karena itu, pendidikan anak di masa kecil yang sedemikian rumit tampaknya, akan dapat
dinikmati hasilnya di hari tua.
BAB III
PENUTUP
Remaja memang rawan dengan kenakalan. Kenakalan dapat datang dari berbagai segi, baik dari segi pergaulan, pendidikan, pemanfaatan waktu luang, penghargaan uang, dan perilaku seksual. Oleh karena itu, orang tua, masyarakat, sekolah, dan remaja itu sendiri harus mampu mengendalikan diri untuk menghindari berbuat negatif. Cara yang dilakukan, yaitu menumbuhkan rasa malu berbuat jahat dan takut akibat perbuatan jahat.
Rujukan
Anindyarini, Atikah. 2008. Bahasa Indonesia: SMP/MTs Kelas IX. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
“Cara Penulisan Daftar Pustaka”. Januari 2010. http://skripsimahasiswa.blogspot.com/ diakses 19 Februari 2012.
Murniasih, Tri Retno dan Sunardi. 2008. Pelajaran bahasa Indonesia 3: untuk SMP/MTs kelas IX. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
“Teknik Penulisan Karya Ilmiah, Makalah, Tesis, Disertasi”. 2010. http://www.kosmaext2010.com/ diakses 19 Februari 2012.
lumayan bang
BalasHapus